Kemampuan Metaverse di Ranah Kesehatan




QUBIC360.COM - Teknologi data serta komunikasi sudah tumbuh pesat serta membolehkan orang menyelam lebih dalam ke kenyataan virtual. Itu yang terjalin pada topik yang saat ini lagi hangat, ialah metaverse.“ Metaverse” merupakan pernikahan kata“ meta” serta“ universe”. Secara harfiah dia dapat dimaksud selaku semesta yang melampaui ataupun terletak di atas kenyataan.


Salah satu yang membuat Metaverse jadi popular merupakan kala pada Oktober 2021, Facebook mengganti namanya jadi Meta, yang mengacu pada“ Metaverse”. Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dikala itu melaporkan hendak mulai mewujudkan Metaverse serta mengaplikasikannya secara nyata.


Sebutan“ Metaverse” diciptakan pada 1992 oleh Neal Stephenson dalam novel fiksi ilmiah Snow Crash. Stephenson membayangkan Metaverse selaku suatu dunia tempat bermacam avatar manusia hidup serta berjumpa dalam suatu bangunan 3 ukuran dengan area virtual yang realistis.


Bagi Kim J. L. Nevelsteen, periset di Kementerian Ilmu Pc serta Sistem, Stockholm University, Metaverse merupakan kenyataan virtual yang bertabiat real time. Dalam artikelnya di harian arXiv pada 2016, dia menyamakan Metaverse dengan Internet tetapi jauh lebih maju serta luas. Semacam Internet, Metaverse memiliki kenyataan virtual kombinasi, semacam konferensi video, kamera website yang menangkap langsung foto kota- kota di dunia raga, serta pembedahan jarak jauh. Di dunia semacam ini, orang bisa bekerja, bermain, tersambung dengan rekan- rekannya, menyaksikan konser, serta melaksanakan seluruh kegiatan, dari rapat sampai jalan- jalan. Seluruhnya dicoba secara virtual.





Beberapa industri tengah meningkatkan Metaverse. Microsoft, misalnya, platform Microsoft Mesh yang mencampurkan dunia nyata dengan hologram, kenyataan virtual( VR), serta augmented reality( AR). Angkatan Darat Amerika Serikat bekerja sama dengan Microsoft buat membuat headset Hololens 2 yang dapat dipergunakan tentara buat berlatih serta bertarung secara virtual.


Indonesia pula bersiap buat merambah dunia Metaverse. Presiden Joko Widodo sudah membicarakan menimpa perihal tersebut dalam pidatonya di Muktamar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ke- 34 pada Desember 2021. Bagi Jokowi, di masa depan dakwah ataupun pengajian dapat dicoba secara virtual lewat Metaverse. Presiden pula memohon segala masyarakat NU supaya dapat mengestimasi kemajuan teknologi ini.


Bagi Departemen Komunikasi serta Informatika, pemerintah bekerjasama dengan bermacam pihak buat merintis serta mewujudkan Metaverse tipe Indonesia. WIR Group, industri teknologi fitur lunak Indonesia, merintis pengembangan Metaverse serta hendak meluncurkan prorotipenya di ajang Presidensi Indonesia di G20 pada November mendatang. WIR Group hendak bekerjasama dengan Meta serta Microsoft buat meningkatkan headset AR serta VR.


Para pemangku kepentingan di bidang kesehatan pula lagi mempelajari serta mengestimasi Metaverse. Organisasi Kesehatan Dunia( World Health Organization) Eropa menimbang kemungkinannya buat promosi kesehatan.“ Ini dilihat selaku tantangan dari segi kesehatan. Menghabiskan lebih banyak waktu online tersambung ke Metaverse dengan gawai bisa kurangi tingkatan kegiatan raga serta berikan pengiklan lebih banyak metode buat mempromosikan produk tidak sehat semacam junk food, tembakau, ataupun alkohol,” kata Kremlin Wickramasinghe, Penjabat Kepala Kantor World Health Organization Eropa buat Penangkalan serta Pengendalian Penyakit Tidak Meluas, di web World Health Organization pada 13 Januari kemudian.


Penyakit tidak meluas merupakan pemicu kematian paling tinggi di Eropa, yang menggapai 80 persen dari kematian dini. Orang yang hidup dengan penyakit ini pula berisiko jauh lebih besar hadapi dampak kurang baik apabila terinfeksi COVID- 19. World Health Organization lagi menjajaki mungkin menggunakan permainan online di Metaverse buat kampanye hidup sehat serta menghindari penyakit tidak meluas.


Jane Thomason, periset University College London, dalam artikelnya di Journal of Metaverse edisi 2021, menguraikan beberapa kemampuan pemanfaatan Metaverse untuk kesehatan, yang disebutnya“ MetaHealth”. Di Metaverse, kata ia, avatar tenaga kesehatan hendak mempunyai ruang buat bekerjasama dengan perlengkapan semacam papan tulis digital serta mereka hendak bisa berjumpa tatap muka tanpa perlengkapan konferensi yang rumit. Mesin, sistem, serta prosedur hendak diuji dengan nyaman di ruang virtual buat mengetahui kesalahan serta kerentanan saat sebelum melaksanakannya di area raga.


Thomason menulis, Metaverse hendak membolehkan pembelajaran, pelatihan, serta perencanaan kesehatan berlangsung simultan dan lewat prosedur kedokteran kolaboratif. Dikombinasikan dengan kecerdasan buatan, kata ia, teknologi Metaverse bisa memberdayakan pengambilan keputusan klinis serta membenarkan intervensi yang lebih pas yang disesuaikan buat tiap penderita. Ia mencontohkan Veyond Metaverse, yang lagi membangun ekosistem Metaverse kesehatan masa depan.


Awal mulanya, kata Thomason, Metaverse hendak digunakan buat simulasi bedah, pencitraan diagnostik, manajemen perawatan penderita, rehabilitasi, serta manajemen kesehatan. Untuk penderita, teknologi ini bisa memesatkan pembelajaran tentang keadaan ataupun rencana perawatan mereka. Dalam tata laksana klinis, AR serta VR bisa menolong regu tenaga kesehatan di titik perawatan. Kala dikombinasikan dengan radiologi, AR bisa membagikan keahlian kepada dokter buat memproyeksikan foto kedokteran, semacam CT( computerized tomography) scan, langsung ke penderita serta sejajar dengan badan penderita.


Thomason melaporkan kalau banyak kesempatan pemanfaatan dari Metaverse di bidang kesehatan. Tetapi, ia memperingatkan kalau riset mendalam dibutuhkan pada seluruh aspek kesehatan di Metaverse, tercantum arsitekturnya, keekonomian, serta akibatnya.“ Persoalan serta implikasi etis butuh terus dieksplorasi serta cara- cara baru buat mengotomatisasi etika dalam teknologi serta aplikasi,” tulisnya.

Posting Komentar

0 Komentar