Virtual Reality dalam Kemiliteran

Bandung, Qubic360 - Bidang militer pun selalu menerapkan teknologi terbaru dalam penerapannya, salah satunya adalah virtual reality.


Anda yang menganggap militer atau tentara hanya mengenai senjata saja harus mengenal lebih jauh tentang kemiliteran. Karena di bidang militer ini segala teknologi digunakan untuk memaksimalkan kemanan negara dan rakyat. Salah satunya adalah penggunaan drone sebagai pengintai.

Termasuk teknologi virtual reality pun digunakan oleh militer. Untuk apa virtual reality digunakan oleh militer? Mari simak penjelasannya berikut ini.

Tahun 2018 lalu Microsoft menerima kontrak dengan jumlah yang sangat besar, senilai USD 480 juta atau sekitar Rp 6,8 triliun untuk mengembangkan sebuah sistem visual terpadu yang disebut Integrated Visual Augmentation System (IVAS) untuk keperluan peningkatan kemampuan angkatan darat Amerika Serikat.

IVAS merupakan gawai berupa kaca mata yang menampilkan beragam informasi penting mengenai medan tempur yang mulanya harus diakses dengan alat berbeda. Mulai dari peta, kompas, penanda lokasi teman dan musuh, semua dapat ditampilkan pada layar kacamata augmented reality. 

Hal ini menjadi pemandangan sangat tidak biasa bagi masyarakat umumnya, terutama di Amerika Serikat yang pada mengenal penerapan augmented reality dari game Pokemon GO.

Banyak masyarakat yang menolak karena berifikir bahwa penggunaan teknologi augmented reality yang identik dengan industri damai seperi video game dijadikan sebagai alat penunjang peperangan.

Dilansir oleh the Guardian, pegawai Microsoft sampai melayangkan surat protes kepada dewan pemegang keputusan mereka dan menuntut pembatalan kontrak dengan militer AS. 


Augmented Reality Sandtable

Penggunaan sandtable pada bidang militer memang sudah biasa digunakan sejak abad pertengahan. Sandtable menawarkan gambaran taktis lokasi peperangan sehingga memudahkan untuk menyusun strategi.

Tetapi keadaan medan tempur yang dinamis belum bisa di akomodasi oleh sandtable tradisional yang bentuknya tidak bisa diubah sesuka hati. 

Dari hal ini mendorong militer AS untuk mengembangkan sandtable berbasis augmented reality yang dinamakan Augmented Reality Sandtable (ARES). ARES menawarkan sandtable yang dapat diubah secara instan menggunakan gestur fisik mengikuti perkembangan medan perang yang sangat dinamis. Hal ini memudahkan untuk menyusun strategi sesuai dengan keadaan lapangan saat itu.

Teknologi ini mulai dipamerkan pertama kali pada tahun 2014 di Modern Marine Exhibition dan mulai masuk masa bakti di tahun 2015.


Penerapan AR Pada Heads Up Display (HUD) Pilot Pesawat Penempur

Sebenarnya penggunaan augmented reality yang sangat futuristis dilakukan oleh industri militer. Penerapan teknologi augmented reality pertama kali melalui Heads Up Display (HUD) untuk penempur maritim Blackburn Buccaneer Angkatan Laut Inggris di akhir 1950. 

Dengan teknologi HUD, pilot pesawat tempur langsung mendapatkan informasi krusial langsung di kaca helm mereka sehingga pilot tidak perlu lagi menengok ke arah kokpit di situasi tempur yang membutuhkan kesiapan penuh. 

Teknologi HUD masih digunakan hingga saat ini dengan berbagai peningkatan fitur yang menunjang kesiapan pilot penempur seperti penglihatan malam, dan sistem bidik terintegrasi sehingga efektifitas para pilot penempur semakin meningkat.


Kemampuan Infantri dengan Tactical Augmented Reality (TAR)

Ide untuk menggunakan augmenter reality dalam meningkatkan kemampuan infantri sudah ada cukup lama. Hal ini dikarenakan infantri, sebagai tulang punggung dari sebuah pasukan memiliki efektifitas yang terbatas oleh indra manusia. 

Pada tahun 2008, militer AS sudah mulai mengembangkan alat bantu penglihatan yang meningkatkan kesadaran dan kesiapan tempur infantri agar lebih efektif di medan tempur. 

Pada tahun 2017, teknologi ini mulai dipamerkan dengan nama Tactical Augmented Reality (TAR). Penerapan ini mirip dengan Heads Up Display (HUD) pilot tempur yang menampilkan informasi krusial langsung di hadapan seorang tentara.

Penggunaan TAR ini membuat seorang infantri tidak lagi harus melihat informasi krusial dari alat terpisah seperti GPS dan Peta sehingga ia dapat lebih fokus kepada keadaan pertempuran yang ada di depanya. 

Selain itu alat ini juga dibekali dengan beragam teknologi untuk meningkatkan kemampuan seorang infantri seperti penglihatan malam dan alat bidik terintegrasi. Teknologi ini akan meningkatkan kemampuan seorang infantri menjadi seperti pahlawan super dengan kekuatan melebihi batasan-batasan indra manusia biasa.

Posting Komentar

0 Komentar