Bandung, Qubic360 - Istilah dari metaverse belum banyak orang ketahui, namun metaverse dalam beberapa tahun kedepan akan menjadi teknologi yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya dalam melakukan beragam aktivitas.
Sebuah konsep mengenai Metaverse berawal pada sebuah novel yang berjudul Snow Crash karya Neal Stephenson yang diterbitkan pada tahun 1992.
Konsep Metaverse menjadi semakin mutakhir semenjak munculnya internet yang semakin cepat dan juga produk-produk pendukung Metaverse lainnya yang ikut berkembang. Selain itu mata uang digtital kripto dan pasar NFT yang semakin marak digunakan menjadi pendukung besar perkembangan Metaverse sampai saati ini.
Metaverse yang di cita-citakan pengembang pertama kali bisa membuka hasilnya dari game Roblox.
Dalam game Roblox, kita bisa melakukan aktivitas yang sama persis seperti aktivitas kita di dunia nyata. Metaverse adalah lingkungan dunia maya bersama dalam pengertian, kehadiran individu dapat dirasakan secara langsung melalui pancaindra yang dapat diakses individu melalui internet.
Konsep ini dapat merujuk pada ruang digital yang dibuat lebih hidup dan riil dengan penggunaan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR).
Beberapa orang juga menggunakan terma Metaverse untuk menggambarkan dunia game. Pengguna game memiliki karakter yang dapat berinteraksi langsung dengan pemain lain dalam permainan game tersebut.
Ada pun jenis Metaverse tertentu yang menggunakan teknologi Blockchain. Dalam hal ini, pengguna dapat membeli tanah virtual dan aset digital lainnya menggunakan mata uang kripto.
Metaverse juga muncul dalam beberapa buku dan film fiksi ilmiah, contohnya Ready Player One, Snow Crash, dan Free Guy.
Dalam buku dan film fiksi digambarkan bahwa Metaverse merupakan dunia digital alternatif yang tidak dapat dibedakan dengan dunia nyata (Frey, 2021).
Facebook sebagai Perintis Awal Metaverse
Mark Zuckerberg sebagai CEO dari Facebook yang mengembangkan Metaverse lebih awal daripada kompetitornya. Dilihat dari posisi Mark Zuckerberg saat ini nampak sebagai pengembang utama konsep Metaverse, tetapi dalam proses pengembangannya Facebook tetap memerlukan beberapa pijakan awal untuk mewujudkan Metaverse yang utuh.
Wacana untuk merealisasikan Metaverse sendiri tidak dimulai oleh Zuckerberg. Banyak pendahulu yang mulai merealisasikan Metaverse dengan caranya sendiri seperti Arthur Sychov dengan Sominium Space dan Dave Carr dengan Decentraland (Howcroft, 2021).
Zuckerberg memanfaatkan momentum popularitas Metaverse dan mengembangkannya melalui Facebook. Salah satu langkah awal yang dilakukan Mark Zuckerberg dalam proses merealisasikannya adalah dengan membeli Oculus Rift seharga dua miliar dollar AS.
Tindakan Facebook membeli Oculus menunjukkan kepercayaan Facebook terhadap VR dan AR sebagai salah satu fondasi untuk mencapai Metaverse (Solomon, 2014). Metaverse memang belum terwujud seutuhnya, tetapi bagian-bagiannya seperti Oculus sudah ada dan banyak digunakan sehingga bisa menjadi fondasi yang kuat dalam proses merealisasikannya.
Menurut Matthew Ball dalam esainya “Frameworks for The Metaverse” (2021), ada delapan aspek yang menjadi fondasi bagi pembentukan Metaverse. Delapan aspek tersebut adalah hardware, networking, compute, virtual platforms, interchange tools and standards, payments, metaverse services, contents and assets, dan user behaviours (Ball, 2021).
Dari kedelapan aspek ini, pengalaman metaverse bisa direalisasikan mulai dari data-data dan isinya, perangkat untuk konsumen dan pertimbangan pasar untuk untuk distribusi. Kemudian, konsumen bisa mendapatkan akses dan mengalami sensasi Metaverse – seperti bermain, berinteraksi, berdagang, menonton konser dan lainnya.
0 Komentar